PSHT: Sejarah Lengkap, Pendidikan Dan Teknik Silat SH Terate

PSHT
Gambar PSHT (Liputan6.com/HO/Firdaus)

Di Indonesia banyak cabang olahraga bela diri yang berkembang. Salah satunya yakni PSHT. Cabang bela diri ini sudah sejak lama terkenal. Di beberapa  sekolah bahkan perguruan tinggi, banyak yang menjadikan olahraga bela diri ini sebagai ekstrakulikuler, dan peminatnya pun tidak sedikit.

Sama halnya dengan olahraga lainnya, PSHT ini juga memiliki sejarah panjang yang menarik untuk diulas. Penasaran dengan cerita awal mula muncul olahraga bela diri yang satu ini? Simak penjelasan di bawah ini.

Bacaan Lainnya

Sejarah Persaudaraan Setia Hati Terate

PSHT atau Persaudaraan Setia Hati Terate merupakan organisasi olahraga yang berdiri pada tahun 1922 oleh Ki Hadjar Hardji Oetomo. Organisasi bela diri ini ternyata menajdi salah satu organisasi yang beperan dalam pendirian IPSI atau Ikatan Silat Indonesia ada 18 Mei 1948. PSHT menjadi organisasi yang bela diri yang sudah berumur tua namun eksistensinya tak lekang dimakan zaman.

Baca Juga: Latihan Taekwondo: Materi Dasar, Teknik Latihan Taekwondo

Kepopuleran dari seni bela diri satu ini sudah tidak perlu diragukan lagi. Hampir di semua daerah pasti memiliki cabang orahraga satu ini. Organisasi PSHT ini resmi berdiri pada 1948 di Madiun pada saat dilaksanakan kongres pertamanya.

Dilansir dari laman resminya, PSHT kini sudah ada di 236 Kota/kabupaten yang ada di seluruh Indonesia dan sudah ada 10 komisariat perguruan tinggi negeri dan swasta, serta ada 10 komisariat di luar negeri mulai dari Malaysia, Belanda, Rusia, Timor Leste, Hongkong, Korea Selatan, Jepang, Belgia, dan juga Perancis. Anggota dari persatuan olahraga bela diri ini sudah mencapai lebih dari tiga juta orang. Maka dari itu, para anggota dari PSHT ini sangat berpotensi untuk memberikan banyak manfaat dan energi positif di masyarakat umum.

Sejarah Setia Hati

Sebelum terkenal seperti saat ini, PSHT memiliki nama Setia Hati. Namun jauh sebelum nama setia hati muncul, pada 1903 Ki Angeng Soero Dwiroyo di Kampoeng Tambak Gringsing, Surabaya sudah mengajarkan dasar-dasar pencak silat setia hari ini. Kegiatan tersebut dikenal dengan sebutan Djojo Dendilo Tjipto Mujo sedangkan untuk ajaran spiritual setia hari disebut Sedulur Tunggal Ketjer atau STK.

Kemudian pada 1971, Ki Ageng Soerodwirjo ini pindah ke tempat lain, yakni Madiun. Disana, beliau mendirikan persaudaraan silat yang bernama Persaudaraan Setia Hati. Tempat Ki Ageng mendirikan perkumpukan ini di Desa Winongo Madiun. pada waktu itu, persaudaraan setia hari ini belum menjadi organisasi hanya sebatas perkumpulan. Hal tersebut dikarenakan pada masa itu Indonesia masih dikuasai oleh kolonialisme Belanda, sehingga organisasi pencak silat tidak diizinkan.

Kata Setia Hati memiliki makna setia pada hati atau diri sendiri.  Yang membedakan ajaran setia hari dengan perguruan silat lainnya yakni kombinasi antara pelajaran spiritual dengan gerakan pencak silat dari berbagai aliran. Setelah Ki Ageng Hadji Soerodiwirjo meninggal pada 10 November 1944, perkumpulan silat setia hari ini ternyata tak lantas hilang sebab tetap dilesatrikan oleh para anggotanya.

Pada tahun 1922, Ki Hardjo Oetomo salah satu anggota dari silat Setia Hati dan juga merupakan seorang perintis kemerdekaan pada 1883 – 1952 kemudian meminta izin kepada di Ageng Soerodiwirjo untuk mendirikan latihan silat setia hati ini kepada generasi muda. Ki Angeng menyetujui dengan syarat perkumpulan tersebut diberi nama atau label yang berbeda. Kemudian Ki Hardjo Oetomo menamai perkumpulan setia hati untuk pemuda ini dengan nama Persaudaraan Setia Hati “Pemuda Sport Club” atau SH PSC. Organisasi inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya PSHT yang kita kenal saat ini.

Sejarah SH Terate

PSHT atau yang dahulu dikenal dengan nama SH Terate berdiri pada tahun 1948 saat kongres pertamanya di Madiun, Jawa Timur. Seperti disebutkan sebelumnya bahwa tokoh yang berperan dalam pendirian organisasi ini adalah Ki Hardjo Oetomo.

Setelah itu, organisasi ini berkembang dan menyebar ke seluruh Indonesia tepatnya setelah perang dunia ke II. Beberapa tokoh pernah berperan dalam perkembangan persaudaraan silat ini seperti Mas Irsyad yang merupakan siswa pertama dari Ki Hardjo Oetomo. Mas Irsyad ini lah yang juga berperan dalam penciptaan 90 senam dasar, jurus belati, dan jurus toya. Jurus-jurus tersebut yang kemudian menjadi pembeda antara Setia Hati yang ada di Winongo dengan setia hati terate.

Baca Juga: Teknik Taekwondo: 3 Teknik Pamungkas Beladiri Taekwondo

Setelah itu, Mas Irsyad memiliki murid yang bernama Mas Imam Koesoepangat. Mas Imam inilah yang mengembangakn PSHT dengan berperan sebagai pemimpin spiritual pada tahun 1939 – 1987. Setelah Mas Imam, ada Mas Tarmadji Boedi Harsono yang memimpin pada 1087 – 2014 yang turut mengembangkan dan mengenalkan PSHT keseluruh Indonesia.

Logo PSHT

logo psht
Logo dari Persatuan Setia Hati Terate (PSHT)

Simbol dari organisasi bela diri ini sangat mudah dikenali dan berbeda dengan logo-logo lainnya. Namun logo tersebut ternyata bukan tanpa arti. Di dalam logo tersebut tersirat makna yang sangat dalam. Berikut penjelasannya.

  1. Persegi empat panjang memiliki makna perisai.
  2. Warna dasar hitam memiliki makna kekal dan abadi.
  3. Hatih berwarna putih dengan tepi merah memiliki makna cinta kasih juga ada batasannya.
  4. Warta merah yang melingkari hati putih memiliki makna berani mengatakan yang ada di dalam hati atau kata hati.
  5. Sinar memiliki arti jalan hukum alam atau hukum kelimpahan.
  6. Bunga terate artinya kepribadian yang luhur.
  7. Bunga terate mekar, setengah mekar, dan kuncup memiliki arti dalam bersaudara tidak membeda-bedakan latar belakang.
  8. Senjata silat bermakna pencak silat sebagai benteng persaudaraan.
  9. Garis dengan warna putih tegak lurus ditengah-tengah merah memiliki makna berani karena benar, takut karena salah.
  10. Tulisan “Persaudaraan Setia Hati Ternate” memiliki makna mengutamakan hubungan antara sesama yang tumbuh berasal dari hati tulus, ikhlas, serta bersih. Apa yang keluar darii hati yang tulis, serta kepribadian yang luruh.
  11. Hati berwarna putih yang letaknya ada ditenagah memiliki makna netral.

Logo tersebut bukan hanya menjadi semboyan saja, namun juga bisa menjadi pegangan oleh para anggota PSHT agar senantiasa memiliki kepribadian sebagaimana filosofi logo tersebut.

Pendidikan PSHT

Mempelajari seni bela diri ini anda akan mendapatakan beberapa pelajaran  yang terbaik menjadi kelompok-kelompok. Berikut ini penjelasan seputar pendidikan yanga ada di PSHT.

Kelompok SH Terate

Persaudaraan Setia Hati Terate memberikan pelajaran unsur bela diri dengan tujuan untuk mempertahankan kehormatan diri, keselamatan, kebahagiaan, serta keberaran. Dalam SH Terate ini terbagi menjadi tiga kelompok pelajaran yakni kelompok pencak silat ajaran atau pemula yang terbagi menjadi senam massal, senam dasar, senam dan jurus toga, jurus belati, kunciran atau kripen, silat seni tunggal, silat seni untuk ganda, dan silat seni untuk beregu.

Kelompok pelajaran yang ketiga yaitu kelompok pencak silat prestasi yang biasanya akan mengikuti kejuaraan atau kompetisi olahraga yang ada nomor pencak silat. Pada kelompok ini, materi yang pelajarannya meliputi materi tanding serta silat seni untuk tunggal, ganda, atau beregu.

Kelompok ketiga atau kelompok terakhir akan mendapatkan materi pembelajaran pencak silat beda diri praktis dengan materi pembelajarannya terdiri atas materi belajar bela diri untuk profesional, pertunjukan, maupun keterampilan khusus.

Ajaran SH Terate Lainnya

Selain tiga kelompok di atas, jika anda bergabung dalam PSHT juga akan mendapatkan beberapa ajaran lain seperti ajaran setia hati. Ajaran ini memberikan pengetahuan tentang upaya atau cara untuk mendekatkan diri antara manusia dengan Tuhan, mempelajari hubungan antara manusia dengan manusia, dan hubungan antar manusia dengan alamt semesta. Ajaran Setia Hati akan mengharuskan siapa saja yang mempelajari untuk memahami diri sendiri dan hati nurani. Dan juga memahami bahwa sebanarnya manusia bisa hancur, bisa mati, akan tetapi tidak kalah jika saja manusia tersebut setia kepada hatinya sendiri.

PSHT juga mengajarkan agar manusia yakin bahwa tidak ada kekuatan selain kekuatan Tuhan yang bisa mengalahkan. Ajaran lainnya yang juga ada di persaudaraan ini yaitu ajaran dan gerakan budi luruh. Melalui pembelajaran ini, anda akan berpartisipasi aktif dalam mewujudkan “memayu hayuning bawana” atau dalam bahasa Indonesia berarti memperindah keindahan dunia sebagai upaya untuk mewujudkan tatanan masyarakat yang nyaman, adil, makmur, serta sejahtera lahir dan batin.

Dari penjelasan di atas, jelas saja bahwa seni bela diri ini tidak hanya mengajarkan trik saja namun juga mengajarkan berbagai pembelajaran seputar kehidupan. Dengan mengikuti persaudaraan ini, anda juga bisa memahami berbagai interaksi baik dan positif antar manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam semesta.

Falsafah / Semboyan PSHT

Persaudaraan Setia Hati Terate ini tidak hanya sebuah organisasi atau perkumpulan seni bela diri saja. Namun lebih dari itu, jika bergabung dalam Persaudaraan SH Terate ini anda akan mendapatkan berbagai falsafah PSHT yang berbeda seni bela diri lainnya. Setidaknya ada falsafah dalam persaudaraan ini yang diadopsi dari ajaran Jawa yang luhur. Berikut ini beberapa semboyan yang ada di PSHT beserta dengan arti atau maknanya.

  1. Semboyan pertama yang ada di PSHT adalah Sepira Gedhening Sengsara Yen Tinampa Amung Dadi Coba, yang memiliki arti “seberapa pun besarnya kesengsaraan apabila mampu menerimanya, maka hanya akan menjadi cobaan semata”.
  2. Fasafah berikutnya yaitu Ala Tanpa Rupa Yen Tumandhang Amung Sedhela. Dalam Bahasa Indonesia berarti “setiap rasa kesusahan, keburukan, dan masalah-masalah apabila menjalaninya dengan berlapang dada, maka kemudian terasa sebentar saja atau cepat”.
  3. Tega Larane, Ora Tego Patine, adalah semboyan dari SH terate berikutnya yang memiliki makna “tega melihat sakitnya, tidak tega melihat matinya”. Dari falsafah tersebut kita bisa mengetahui masud dan tujuannya adalah seluruh anggota PSHT berani menyakiti seseorang dalam rangka memperbaiki bukan merusak (membunuh).
  4. Semboyan yang ke-empat adalah Suro Diro Joyo Diningrat Lebur Dening Pangastuti, dengan arti “segala kesempurnaan hidup dapat luluh dengan menggunakan budi pekerti yang luhur”.
  5. Ajaran luruh lainnya yaitu Satria Ingkang Pilih Tanding. Secara harfiah memiliki arti “seorang kesatria mampu memilih lawan”. Maksud dari semboyan ini adalah seseorang yang memiliki jiwa kesatria hanya akan melawan orang yang bisa menghadapinya, dan tidak akan melawan orang atau lawan yang tidak seimbang dari segi kemampuannya.
  6. Ngluruk Tanpo Bolo, Menang Tanpo Ngasorake, Sekti Tanpa Aji-Aji, Sugih Tanpa Bandha, memiliki makna bahwa “mendatangi tanpa ada kawan, menang tanpa perlu mengalahkan, sakti tanpa kesaktian serta kaya tanpa ada kekayaan”.
  7. Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelangan, juga merupakan falsafah yang ada di PSHT. Arti dari kalimat berbahasa Jawa tersebut adalah “jangan sakit hati ketika musibah menimpa, jangan susah kala kehilangan”.
  8. Semboyan selanjutnya yang diajarkan pada Persaudaraan SH Terate adalah Ojo Seneng Gawe Susahe Liyan, Opo Alane Gawe Seneng Liyan, yang memiliki arti “jangan suka menyusahkan orang lain, apa jeleknya membahagiakan orang lain”. Dari kalimat tersebut kita memahami bahwa manusia tidak boleh membuat orang kain susah, karena membahagiakan orang lain bukanlah sesuatu yang buruk.
  9. Ojo Waton Ngomong Ning Yen Ngomong Sing Gawe Waton, adalah falsafah luhu yang juga ada di persaudaraan ini. Kalimat Bahasa Jawa tersebut memiliki arti “jangan hanya bisa bicara namun harus bisa membuktikan”. Maksudnya adalah ketika kita mengatakan sesuatu, maka kita juga harus mengamalkan atau melakukan apa yang kita ucapkan.
  10. Ojo Rumongso Biso Ning Sing Biso Rumungso, artinya adalah “jangan merasa bisa, namun juga harus bisa merasakan”. Makna kalimat tersebut yaitu sebagai manusia jangan Cuma bisa merasa saja namun juga bisa ikut merasakan. Dalam kehidupan sosial, jangan hanya punya rasa simpati saja namun juga harus bisa ber-empati.
  11. Falsafah berikutnya yang akan anda dapatkan jika belajar PSHT yaitu Ngunduh Wohing Pakarthi, artinya “siapa yang berbuat pasti akan menerima hasil perbuatannya”. Dari sini kita mengetahui bahwa apapun yang kita lakukan pasti akan ada balasannya.
  12. Jer Basuki Mawa Beya. Semboyan tersebut memiliki arti “segala kesuksesan membutuhkan pengorbanan”. Maksudnya adalah ketika kita sebagai manusia ingin menjadi sukses maka kita harus berusaha untuk menggapai kesuksesan tersebut.
  13. Budhi Dayane Manungso Tan Keno Ngluwihi Kodrate Sing Maha Kuwoso, yang bermakna “segala daya serta upaya manusia tidak akan bisa melebihi ketentuan Tuhan Yang Maha Kuasa”. Makdunya adalah sebagai manusia kita hanya bisa beusaha namun Tuhan yang akan menetukan hasilnya.
  14. Memayu Hayuning Bawana, Ambrasta dur Hangkara, secara harfiah memiliki arti “memperindah keindahan dunia serta memberantas sifat angkara murka, serakah dan tamak yang ada di dalam diri”.
  15. Sepiro duwurmu ngudi kawruh, sepiro jeromu ngangsu ngilmu, sepiro akehe guru ngajimu tembe mburine mung arep ketemu marang sejatine awake dewe, sama saja artinya dengan “seberapa tinggi usaha mencari pengetahuan, seberapa dalam usaha menuntut ilmu, seberapa banyak guru yang mengajarmu, tetap bergantung pada dirimu sendiri”. Jadi, apapun yang kita lakukan hasil akhir-nya tergantung dari diri kita sendiri, orang lain tidak memberikan pengaruh lebih.
  16. Falsafah berikutnya adalah Sopo sing wus biso nemoake sedulur batine kakang kawah adi ari-ari papat kiblat lima pancer, sejatine wus nemu guru sejatine.
  17. Sekti tanpo aji digdoyo tanpo guru, yang dalam Bahasa Indonesia berarti “sakti tanpa kesaktian, hebat tanpa guru”.
  18. Ajaran Kridhaning ati ora bisa mbedhah kuthaning pesthi, yang artinya “gejolak jiwa (seharusnya) tidak mengubah kepastian”. Jadi, apapun yang sudah menjadi takdir, kita tidak akan mudah mengubahnya.
  19. Amemangun karyenak tyasing sesama, yang mengajarkan kita untuk bisa membuat nyaman perasaan yang  orang lain miliki.
  20. Sukeng tyas yen den hita, mengajarkan kepada manusia agar suka/bersedia menerima nasihat atau saran dan kritik dari orang lain.
  21. Semboyan lainnya yaitu Aja Adigang, Adigung, Adiguna, yang mengajarkan agar tidak boleh sok berkuasa, sok besar dan sok sakti.
  22. Aja Milik Barang Kang Melok, Aja Mangro Mundak Kendo, yang mengajarkan agar dalam hidup jangan mudah tergoda dengan kemewahan, jangan mudah mendua agar semangat tidak kendur.
  23. Falsafah Sing Resik Uripe Bakal Mulya, memiliki arti siapa saja yang hidupnya bersih maka akan menjadi mulia. Bersih disini berarti tidak melakukan kecurangan atau menyakiti orang lain.
  24. Aja Kuminter Mundak Keblinger, Aja Cidra Mundak Cilaka, Sing Was-was Tiwas, yang bermakna “jangan sok pintar karena akan salah arah, jangan suka berbuat curang karena akan celaka, yang ragu-ragu akan binasa”.
  25. Ajaran luruh lainnya yaitu Aja Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan lan Kemareman, yang dalam Bahasa Indonesia berarti “jangan terobsesi kedudukan, keduniawian dan kepuasan”. Secara tidak langsung mengajarkan kepada manusia agar tidak serakah dalam hal duniawi.
  26. Aja Gumunan, Aja Getunan, Aja Kagetan, Aja Aleman, memiliki arti  “jangan mudah heran, jangaan mudah kecewa, jangan mudah kaget, jangan manja”.
  27. Sepi ing Pamrih Rame ing Gawe, Banter tan Mbancangi, Dhuwur tan Ngungkuli. Berdasarkan falsafah tersebut kita bisa mengambil makna bahwa dalam bekerja hars gita dan tidak boleh pamrih, cepat tanpa mendahului dan tinggi tanpa menandingi.
  28. Urip Iku Urup, yang artinya “hidup itu menghidupi”. Maksudnya adalah dalam menjalani hidup kita harus bisa memberikan manfaat kepada sesama.
  29. Filosofi PSHT yang terakhir yaitu Sak Apik-apike Wong Yen Aweh Pitulung Kanthi Cara Dedhemitan, yang artinya “sebaik-baiknya orang adalah memberi pertolongan dengan tanpa ingin orang lain mengetahuinya”. Maksudnya, dalam menolong orang lain, kita tidak boleh pamrih.

Tingkatan PSHT

Jika anda hendak belajar ilmu bela diri yang satu ini, ada dua tingkatan dalam bela diri Setia Hati Terate. Berikut ini penjelasan lengkapnya;

Siswa PSHT

Tingkatan pertama dalam persaudaraan seni bela diri asal Indonesia ini yaitu tingkat siswa. Pada kelompok ini ternyata masih terbagi lagi menjadi beberapa jenis sesuai dengan warna sabuk berbeda, seperti berikut ini.

1. Siswa Polos

Tingkatan ini merupakan kelas pertama dalam seni bela diri PSHT. Pada kelompok ini memiliki sabur berwarna hitam yang melambangkan sebuah kebutaan karena baru saja belajar di persaudaraan ini. Jika anda masuk dalam kelompok ini, anda akan belajar tentang apa itu setia hati dan setia hati terate, pengenalan berbagai gerakan dasar, senam dan juga jurus.

2.  Siswa Jambon

Jika anda sudah berhasil melewati ujian sebagai siswa polos, maka anda akan masuk menjadi siswa dengan warna sabuk merah muda atau dalam bahasa Jawa menyebutkan jambon. Warna ini menggambarkan keragu-raguan atau bisa bermakna seperti sinar matahari yang baru saja terbit atau tenggelam. Di tingakatan ini, akan banyak pelajaran serta pengalaman ajaran setia hati dan menambah kemampuan gerak yang lebih banyak.

3. Siswa Ijo

Tingkatan ini merupakan lanjutan dari tingkat atau kelas sebelumnya. Untuk siswa di tingkatan ini akan mendapatkan sabut dengan warna hijau yang menjadi lambang atau simbol keadilan dan keteguhan ketika sedang melakukan sesuatu. Di sini siswa akan mendapatkan tambahan gerakan lebih banyak dari tingkatan sebelumnya.

4. Siswa Putih

Tingkatan dari kelompok murid yang terakhir adalah siswa dengan sabuk berwarna putih. Warna tersebut menjadi simbol kesucian. Harapannya seseorang yang sudah memiliki sabuk PSHT berwarna putih sudah bisa membedakan mana yang benar dan yang salah, melangkah dengan prinsip kebenaran, dan memiliki sikap tenang.

Jika anda sudah ada di tingkatan ini, maka berarti anda telah menguasai berbagai pukulan, tendangan, teknik, senam, serta jurus yang ada. Siswa putih ini nantinya siap untuk mengikuti pengesahan sebagai pendekar atau yang juga banyak orang menyebutnya sebagai warga PSHT.

Warga PSHT

Mereka yang memiliki sebutan warga adalah orang-orang yang sudah mengikuti ujuan dan juga pengesahan. Dalam PSHT, yang termasuk dalam kelompok ini yakni, warga tingkat 1 atau yang satria, tingkat 2 atau ngalindra, dan tingkat 3 atau pandhita. Ketiganya ternyata memiliki sabuk yang juga berbeda. Satria menggunakan sabuk berbahan mori putih, sedangkan ngalindra dan pandhita menggunaan selendang.

Tokoh – Tokoh PSHT

Perkembangan seni bela diri ini tidak mungkin bisa sebesar dan se-populer sekarang jika tidak ada tokoh atau pihak yang berperan untuk mengembangkan dan mengenalkan PSHT hingga keseluruh negeri bahkan sampai ke luar negeri. Beberapa tokoh sudah ada pada penjelasan sebelumnya, namun ternyata masih ada tokoh lain yang peranannya tak kalah penting. Berikut ini beberapa tokoh dalam seni bela diri PSHT:

  1. Ki Hadjar Hardjo Oetomo
  2. Edhie Baskoro Yudhoyono
  3. Hartanto Edhie Wibowo
  4. Richard Simorangkir
  5. Imam Nahrawi
  6. Herman Deru
  7. Totok Imam Santoso
  8. Andjar Wiratma
  9. Istu Hari Subagio

Teknik Silat PSHT

Sama halnya dengan jenis olahraga lainnya, SH Terate juga memiliki teknik dasar. Apabila anda ingin menjadi bagian dari PSHT, maka anda harus menguasai teknik silat berikut ini;

  1. Teknik Dasar Pukulan

Dalam teknik ini terbagi lagi menjadi beberapa jenis, seperti; teknik pukulan, colokan, gebangan, sotokan, dan sikutan.

  1. Teknik Dasar Tangkisan

Pada bela diri Setia Hati Terate, tangkisan juga terbagi menjadi beberapa jenis, yakni tangkisan atas, bawah, dan samping.

  1. Teknik Dasar Tendangan

Ada beberapa jenis tendangan yang harus anda pahami jika bergabung dalam silat PSHT. Jenis tersebut antara lain; sepakan A, tendangan B, sepakan C, sepakan T, dan sepakan serkel.

  1. Teknik Dasar Lainnya

Selain tiga jenis teknik dasar yang ada di atas, terdapat pula teknik lain seperti teknik menggunting, serangan, hindaran, dan kuncian.

Pos terkait