SH Winongo – Sejarah dan 20 Arti Lambang PSHW

SH Winongo - Sejarah dan Arti Lambang PSHW
SH Winongo - Sejarah dan Arti Lambang PSHW

Persaudaraan SH Winongo (PSHW) merupakan perguruan pencak silat terkemuka di Indonesia, yang padepokannya berpusat di Kelurahan Winongo, Kecamatan Manguharjo, Kota Madiun, Jawa Timur.

Berdasarkan penelitian berjudul “Setia Hati Winongo (Studi Deskriptif Tentang Pola Interaksi pada Hubungan Kekerabatan di Persaudaraan Pencak Silat SH Winongo Kecamatan Manguharjo Kota Madiun)” oleh Tegar Prahara, PSHW didirikan pada 15 Oktober 1966. Raden Djimat Hendro Seowarno, seorang murid kesayangan Ki Ngabehi Soerodwirdjo, merupakan pendiri dari PSHW. Ki Ngabehi Soerodwirdjo, seorang figur penting dalam sejarah pencak silat, adalah pendiri perguruan pencak silat Setia Hati atau yang umumnya dikenal sebagai Sedulur Tunggal Kecer (STK), yang didirikan pada tahun 1903 di Desa Tambak Gringsing, Kota Surabaya.

Bacaan Lainnya

Arti STK SH Winongo (Sedulur Tunggal Kecer)

Mencapai dasawarsa pertama abad 20, tepatnya pada tahun 1903, lahir sebuah organisasi pencak silat yang berbasis di Madiun, bernama Persaudaraan Setia Hati Tunas Muda Winongo, atau sering disingkat menjadi SH Winongo. Organisasi ini diperkenalkan oleh Ki Ngabehi Soerodwirjo, atau yang dikenal dengan nama kecilnya, Mas Muhammad Masdan.

Baca Juga: Nama Induk Organisasi Pencak Silat Indonesia Adalah, Ini Jawabannya!

Awalnya, organisasi ini dikenal dengan semboyan SEDULUR TUNGGAL KECER (STK), yang berkedudukan di Kampung Tambak Gringsing, Surabaya. Berlandaskan seni pencak silat yang diberi nama JOYO GENDILO, Ki Ngabehi Soerodwirjo memulai perjalanan organisasi ini dengan hanya delapan murid, yang dimulai oleh dua saudaranya, yaitu Noto/Gunadi dan Kenevel Belanda.

Pada tahun 1915, nama seni pencak silatnya berubah menjadi JOYO GENDILO CIPTO MULYO. Organisasi ini mulai mendapatkan tempat di hati masyarakat pada tahun 1917, setelah menampilkan demonstrasi pencak silat terbuka di Alun-Alun Kota Madiun.

Kepopuleran mereka tumbuh karena gerakan pencak silat mereka yang unik, artistik, dan energetik. Dengan semangat baru, pada tahun yang sama, Ki Ngabehi Soerodwirjo mengubah nama Sedulur Tunggal Kecer menjadi PERSAUDARAAN SETIA HATI.

Sejak 1964, SH Winongo mulai mengalami penurunan aktivitas. Faktornya tidak lain adalah banyaknya anggota SH Winongo yang beranjak tua, ditambah dengan minimnya penerimaan anggota baru. Dengan jumlah anggota yang semakin berkurang, masa depan organisasi ini tampak suram.

Untuk mencegah kehancuran dan melestarikan nilai-nilai yang telah diturunkan secara turun temurun, pada 15 Oktober 1965 (ada yang menyebut juga di tahun 1966), Soewarno merasa terpanggil untuk menggerakkan kembali kegiatan-kegiatan Setia Hati.

Dengan sifat aktif dalam bentuk organisasi dan telah mendapatkan izin notaris, kata Tunas Muda disisipkan ke dalam Setia Hati, yang berarti organisasi ini akan bersinar kembali. Maka, nama lengkapnya menjadi Persaudaraan Setia Hati Tunas Muda Winongo Madiun.

Pencak silat yang diajarkan di SH Winongo berasal dari para pendekar terkenal dan yang terakhir dari bapak Ki Ngabehi Soerodwirjo, saudara tertua dalam Persaudaraan SH Winongo. Dengan metode ini, seluruh pelajaran dapat diserap dengan mudah oleh para Tunas-Tunas Muda yang dapat berhasil dengan sukses.

Baca Juga: 12 Arti Lambang Tapak Suci Muhammadiyah Beserta Gambar

Dengan memperkuat latihan fisik (pencak) dan latihan spiritual (iman dan takwa kepada Allah), diharapkan generasi muda kita sebagai generasi penerus akan menjadi kader bangsa yang militan yang sangat berguna bagi kepentingan bangsa dan negara.

Setiap anggota SH Tunas Muda harus melalui proses pengesahan terlebih dahulu sebelum resmi menjadi anggota. Ilmu-ilmu SH hanya boleh diketahui oleh anggota dan dilarang untuk diajarkan kepada yang bukan anggota. Tingkat pelajaran lanjut akan ditentukan oleh kesadaran setiap anggota, karena dalam SH tidak ada paksaan.

SH Winongo tidak pernah membuka cabang perguruannya di manapun, jika ada itu hanyalah sebagai tempat berlatih dan silaturahmi saja. Seluruh anggota baru harus datang dan dikecer di Madiun, Jawa Timur. Hal ini dilakukan untuk menjaga kemurnian aliran Setia Hati dan itulah yang menjadikan ikatan persaudaraan menjadi sangat indah.

20 Arti Lambang SH Winongo

SH Winongo - Sejarah dan Arti Lambang PSHW
SH Winongo – Sejarah dan Arti Lambang PSHW

1. Persaudaraan Setia Hati, Ikatan Persaudaraan yang Abadi

Ikatan persaudaraan yang terjalin secara abadi, tanpa adanya pengkhianatan, dan saling memahami satu sama lain secara mendalam merupakan esensi dari “Setia Hati”.

2. Berpusat di Desa Winongo, Kota Madiun, Jawa Timur

Desa Winongo, di Kota Madiun, Jawa Timur, menjadi pusat bagi “Setia Hati”. Tempat ini juga merupakan rumah bagi Ki Ngabehi Soerodiwirjo, sang pengasuh, tempat dia melatih siswanya dan mengembangkan ilmunya. Di sini, beliau juga mengakhiri hidupnya dan kemudian dimakamkan.

3. Simbolisasi Warna Putih dalam Teks Setia Hati dan Tunas Muda Winongo Madiun

Warna putih melambangkan kesucian dan kebenaran. “Setia Hati” menerapkan ajaran yang menuju pada kebenaran dan kesucian demi mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.

4. Simbolisasi Warna Hitam sebagai Dasar Lambang

Warna hitam simbolisasi kekuatan, keteguhan, dan ketabahan.

5. Perlengkapan dan Senjata Seorang Ksatria

Seorang ksatria harus memiliki perlengkapan dan senjata sebagai pelindung, pengayom, dan penjaga dalam kesiapsiagaannya.

6. Warna Biru: Watak Kamot dan Jiwa Besar

Warna biru menggambarkan sifat-sifat seperti lapang dada, berjiwa besar, dan kuat layaknya luasnya lautan dan langit biru.

7. Warna Biru Bulat Bergerigi 36: Menggambarkan Tekad Bulat

Gambar bulat berwarna biru dengan 360 derajat, bergerigi 36 menunjukkan tekad yang utuh dan tak mudah goyah.

Baca Juga: Jurus Tapak Suci – 30 Jurus Khas dan Pertandingan Lengkap

8. Bergerigi 36: Jumlah Jurus Keramat

Bergerigi 36 merepresentasikan jumlah jurus keramat dan andalan yang berasal dari seluruh pelosok Indonesia.

9. Warna Merah Bulat, Bersinar, Bergerigi 43 (Matahari)

Warna merah bulat dan bersinar seperti matahari, bergerigi 43 menunjukkan tekad yang bulat dan tak mudah goyah.

10. Matahari Bersinar ke Segala Penjuru: Pemberi Kehidupan

Matahari yang bersinar ke segala penjuru melambangkan sumber daya hidup dan kehidupan umat, memberi cahaya dan kedamaian.

11. Warna Merah: Semangat dan Keberanian

Warna merah melambangkan keberanian dan semangat yang dinamis.

12. Jumlah 43 dalam Bentuk Gerigi

Jumlah 43 dalam bentuk gerigi menggambarkan jumlah jurus dasar dalam “Setia Hati”.

13. Sinar Kuning ke Segala Penjuru

Sinar atau cahaya kuning yang mengarah ke segala penjuru melambangkan perdamaian dan harmoni di mana pun kita berada.

14. Warna Kuning: Melambangkan Jiwa yang Luhur

Warna kuning melambangkan jiwa yang luhur, adiluhung, dan sangat terpuji.

15. Jumlah Sinar 36

Jumlah sinar 36 menunjukkan jumlah jurus keramat yang sangat adiluhung dari warisan nenek moyang kita, Bangsa Indonesia.

16. ANNO 1903

“Setia Hati” lahir pada tahun 1903 atas petunjuk Tuhan Yang Maha Esa dan telah berkembang hingga saat ini, menyebar ke seluruh dunia.

17. “Mens Sana in Corpore Sano”

Dalam jiwa yang sehat, terdapat badan yang sehat. Dengan mengolah raga dan batin, kita dapat mencapai kesempurnaan hidup demi kebahagiaan dan kesejahteraan dunia akhirat.

Baca Juga: Mars Tapak Suci – Lirik, 10 Makna, dan Hymne Pendekar Silat

18. Telung Ketheng dalam Kesatuan Segitiga

Telung Ketheng, uang logam paling kecil yang tidak dapat dipisahkan lagi, menjadi pegangan pokok dalam “Setia Hati”.

19. Amar Maruf Nahi Munkar

Melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan Tuhan menjadi bagian dari ajaran “Setia Hati”.

20. Burung Terbang Melayang di Langit

Burung yang melayang di langit melambangkan wahyu ilahi yang diturunkan kepada pengasuh untuk mengembangkan dan mengajarkan ilmu “Setia Hati” dengan tujuan utama yang sangat adiluhung.

SH Winongo melibatkan pelatihan fisik dan spiritual dengan tujuan untuk menciptakan generasi penerus yang berguna bagi bangsa dan negara. PSHW memiliki kebijakan yang ketat tentang keanggotaan dan pendidikan, yang mencakup proses pengesahan untuk semua anggota baru dan kebijakan bahwa ilmu-ilmu SH hanya boleh diketahui oleh anggota dan tidak boleh diajarkan kepada yang bukan anggota. Hal ini dilakukan untuk menjaga kemurnian aliran Setia Hati.

Baca Juga: Seragam Tapak Suci – Sejarah, Arti, Baju Rompi Pendekar Hitam

Logo PSHW sendiri memiliki berbagai simbol yang mencerminkan filosofi dan nilai-nilai yang dipegang perguruan ini, termasuk semangat abadi persaudaraan, kekuatan dan ketabahan (melambangkan oleh warna hitam), kebenaran dan kesucian (warna putih), jiwa luhur (warna kuning), dan semangat dan keberanian (warna merah). Konsep “Mens Sana in Corpore Sano” atau “Dalam tubuh yang sehat, terdapat jiwa yang sehat” menjadi pemandu dalam mencapai kesempurnaan hidup.

Dengan demikian, SH Winongo berfungsi tidak hanya sebagai perguruan bela diri, tetapi juga sebagai pembawa warisan budaya dan kearifan lokal, serta nilai-nilai kejujuran, keberanian, dan persaudaraan. PSHW berkomitmen untuk melestarikan dan melanjutkan warisan ini untuk generasi mendatang.

Pos terkait