Rumah Adat Aceh: Makna, Filosofi Dan Konstruksi Lengkap

Keunikan rumah adat Aceh
Keunikan rumah adat Aceh (source: pinimg.com)

Rumah adat Aceh adalah rumah khas masyarakat yang tinggal di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Rumah adat ini bukan hanya tempat tinggal biasa namun juga sebagai identitas daerah yang membedakan dengan daerah lain. Rumah adat tersebut juga memiliki makna dan filosofi tersendiri.

Nama Rumah Adat Aceh

Menurut penjelasan dalam buku Arsitektur Rumah Tradisional Aceh, rumah adat Aceh dikenal juga dengan nama Rumoh Aceh. Kata “rumoh” berarti rumah, sedangkan “Aceh” berarti daerah Aceh. Menurut penjelasan dalam buku tersebut, sebenarnya masyarakat Aceh tidak mengenal istilah rumah adat. Sebab dahulunya semua orang Aceh membuat bentuk rumah yang sama. Hal tersebut yang akhirnya menjadikan Rumoh Aceh dikenal sebagai rumah tradisional atau rumah adat Aceh.

Bacaan Lainnya

Rumoh Aceh memiliki corak khas yang sudah ada sejak dahulu. Mengutip dari rimbakita.com, setidaknya ada tiga jenis rumah Aceh yaitu Krong Bade, Santeut dan Rangkang. Tiga tipe rumah adat tersebut memiliki ciri khasnya masing-masing. Berikut penjelasannya.

  1. Rumah Krong Bade

Rumah adat Aceh yang pertama yaitu Krong Bade. Jenis rumah ini merupakan rumah panggung dengan tinggi 2,5 – 3 meter. Hampir seluruh bangunannya terbuat dari kayu dan atapnya terbuat dari daun rumbia. Di bawah rumah (kolong) biasanya digunakan untuk menyimpan makanan.

Ketika hendak memasuki rumah, biasanya ada tangga dengan jumlah anak tangga ganjil. Setelah berhasil menaiki tangga, Anda akan melihat lukisan di dinding. Selain berfungsi untuk hiasan interior, lukisan tersebut ternyata menunjukan status sosial dan ekonomi pemilik rumah, semakin banyak lukisan yang dimiliki maka semakin tinggi status sosial dan ekonominya.

Baca Juga: 8 Alat Musik Aceh yang Patut Dilestarikan Sebagai Kekayaan Budaya

  1. Rumah Santeut

Nama rumah adat Aceh selanjutnya yaitu Rumah Santeut. Jenis rumah ini disebut juga sebagai Tampong Limong. Bentuk rumah ini sangat sederhana karena merupakan jenis rumah yang dihuni masyarakat biasa.

Rumah ini memiliki tinggi ruangan yang sama yaitu sekitar 1,5 meter. Dinding dan atap rumah terbuat dari daun rumbia sedangkan bagian lantai terbuat dari bambu yang dibelah dan disusun berjajar tidak terlalu rapat. Penyusunan tersebut bertujuan untuk menjaga sirkulasi udara di dalam rumah, sehingga suasana rumah lebih sejuk. Ukuran rumah ini tidak terlalu luas, sehingga bagian kolong biasanya digunakan untuk menerima dan tamu dan tempat mengadakan acara tertentu.

  1. Rumah Rangkang

Rumah Rangkang menjadi rumah adat Aceh selanjutnya. Rumah ini merupakan tempat singgah atau beristirahat yang digunakan masyarakat Aceh zaman dahulu. Biasanya rumah ini digunakan petani untuk istirahat saat mengurus lahan. Namun tak jarang digunakan juga untuk beristirahat orang yang sedang dalam perjalanan.

Rumah ini berbentuk rumah panggung hanya terdiri atas satu ruangan. Rumah ini biasanya terbuat dari kayu dan daun rumbia di bagian atap. Meskipun terlihat sederhana, namun fungsi dari rumah ini tak kalah pentingnya dengan rumah tempat tinggal pada umumnya.

Makna Rumah Aceh

Rumah adat Aceh memiliki bentuk rumah panggung seperti rumah adat lainnya. Dalam satu bangunan rumah terdapat beberapa bagian dengan makna yang berbeda. Mengutip dari buku Arsitektur Rumah Tradisional Aceh, berikut penjelasan mengenai makna rumah Aceh.

  1. Kolong

Rumah Aceh memiliki kolong yang memisahkan antara lantai dengan tanah. Jaraknya cukup tinggi yakni sekitar 2,5 meter. Namun ada juga perkampungan yang memiliki rumah adat dengan kolong setinggi 3 meter.

Jarak lantai dengan tanah yang cukup tinggi dimaksudkan agar bagian kolong masih bisa digunakan untuk beraktivitas. Sehingga orang-orang bisa leluasa berdiri, berjalan, dan melakukan aktivitas di bagian kolong rumah.

Bagian kolong ini ternyata memiliki fungsi dan maknanya tersendiri. Masyarakat Aceh yang umumnya berprofesi sebagai petani dan nelayan biasanya menjadikan bagian ini sebagai tempat menyimpan hasil panen atau hasil tangkapan ikannya. Selain itu, bagian rumah ini juga biasanya digunakan untuk area bermain anak-anak.

  1. Tangga

Rumah adat Aceh merupakan bangunan dengan bentuk rumah panggung. Sehingga untuk bisa memasuki rumah perlu tangga. Rumah tradisional ini umumnya memiliki anak tangga berjumlah ganjil. Angka ganjil merupakan bilangan khas dan sulit ditebak. Selain itu, angka ganjil juga menjadi kesukaan masyarakat Aceh karena mengandung nilai filosofis karena angka ganjil ada disekeliling kita. Misalnya jumlah hari, jumlah lapisan langit, dan jumlah lapisan bumi.

  1. Pintu

Pintu rumah Aceh dibuat rendah dengan tinggi hanya sebatas tinggi orang dewasa. Pada bagian atas terdapat balok melintang, maka dari itu ketika memasuki rumah harus menundukan kepala.

Ternyata hal tersebut memiliki makna tersendiri. Sikap menundukan kepala bermakna bahwa setiap tamu yang hendak memasuki rumah tersebut, harus menaruh hormat kepada pemilik rumah.

  1. Atap

Bagian atap rumah memiliki bentuk mengerucut dan tampak lancip di bagian atasnya. Atap ini dikenal dengan nama bubong. Sedangkan bagian rumah yang menyatukan bubong kiri dan kanan disebut perabung.

Atap dari Rumoh Aceh terbuat dari bahan rumbia yang dianyam oleh masyarakat Aceh. Daun rumbia dipilih karena sifatnya yang ringan sehingga tidak menambah beban rumah. Selain itu, daun ini juga bisa memberikan hawa sejuk sehingga rumah lebih nyaman ditempati. Bagian atas diikat pada taloe pawai sehingga jikalau ada musibah kebakaran, tali ikatan tersebut bisa dipotong untuk penyelamatan penghuni rumah.

  1. Lantai

Rumah adat Aceh memiliki lantai yang terbuat dari papan yang tidak dipaku namun hanya perlu disematkan. Hal tersebut bertujuan agar lantai rumah ini dapat dilepas dengan mudah. Biasanya lantai rumah dilepas untuk keperluan memandikan jenazah sehingga air bisa langsung jatuh ke tanah.

  1. Pohon Kayu

Pada bagian luar rumah adat Aceh biasanya terdapat pohon kayu. Pohon besar dan rindang ini ada di sebelah barat rumah. Penanaman pohon berfungsi untuk melindungi rumah dari angin dan banjir. Menurut kepercayaan orang Aceh, angin barat biasanya lebih kencang dibandingkan angin timur. Sehingga dengan adanya pohon besar tersebut, angin tidak langsung mengenai rumah.

Selain itu, pohon yang besar dan rindang juga berguna untuk mencegah banjir yang datang saat musim hujan. Pohon yang rindang juga membuat halaman rumah lebih teduh sehingga lebih nyaman saat ditempati.

  1. Arah Rumah

Makna rumah Aceh selanjutnya yaitu terkait arah rumah. Arah Rumoh Aceh selalu menghadap ke timur dan barat. Hal tersebut bermakna bahwa salah satu sisi rumah menghadap ke kiblat. Sehingga siapapun yang datang bertamu tidak perlu bertanya lagi dimana arah kiblatnya. Rumah menghadap kiblat ini juga menjadi bukti bahwa mayoritas masyarakat Aceh menganut agama Islam.

Baca Juga: Lagu Tradisional Aceh: Makna, Lirik, Chord Lagu Bungong Jeumpa

Filosofi Rumah Adat Aceh

Tak hanya dari bentuk rumah yang memiliki makna tersendiri, warna Rumoh Aceh juga memiliki filosofi tersendiri. Melansir dari buku Arsitektur Rumah Tradisional Aceh, diketahui bahwa rumah khas dari Serambi Mekah ini memiliki warna khas yang berbeda dengan daerah lain. Rumah adat Aceh memiliki nilai seni yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dari hiasan ukiran dan pemilihan warnanya.

Pada bagian perabung dan jerjak batas lantai dikelilingi dengan warna dan motif yang berbeda. warna kuning mendominasi bagian segi tiga perabung. Warna tersebut memiliki filosofi bahwa orang Aceh memiliki karakter yang kuat, hangat, dan cerah.

Untuk garis ukiran dari rumah Aceh dilengkapi dengan warna merah. Warna tersebut bermakna sebuah emosi yang berubah-ubah dan naik turun. Maksudnya ialah suasana hati seseorang bisa bergairah, senang, ataupun bersemangat. Hal ini juga bisa dimaknai bahwa masyarakat Aceh memiliki semangat dan bergairah dalam melakukan sesuatu.

Ukiran dalam Rumoh Aceh juga dilengkapi warna putih yang netral. Warna putih ini bermakna bersih dan suci. Pada bagian lain juga dipenuhi warna oranye yang bermakna kehangatan, kesehatan pikiran, dan kegembiraan.

Warna terakhir yang ada dalam motif ukiran rumah adat ini yaitu hijau. Warna tersebut memberikan makna kesejukan dan kehangatan. Hijau juga merupakan warna tumbuhan yang memiliki filosofi kesuburan.

Konstruksi Rumah Adat Aceh

Rumah adat Aceh diketahui memiliki konstruksi bangunan yang kokoh. Bisa dikatakan bahwa rumah adat ini tahan bencana alam seperti gempa. Hal ini bisa dilihat pada gempa dan tsunami tahun 2004 lalu, yang menunjukan bahwa konstruksi Rumoh Aceh tetap kokoh, tidak roboh, dan tidak retak.

Tak hanya gempa dan tsunami, rumah Aceh juga dipercaya tahan terhadap banjir. Hal tersebut dikarenakan pada bagian samping rumah terdapat pohon kayu besar. Pohon tersebut sengaja dipelihara untuk menahan arus air saat banjir agar tidak langsung mengenai bangunan rumah. Pohon tersebut juga berperan sebagai menahan angin kencang. Dengan demikian sisi rumah juga tetap aman.

Kekuatan konstruksi rumah adat Aceh juga dipengaruhi oleh tiang penyangga rumah tersebut. Rumah adat ini memiliki tiang penyangga cukup banyak. Untuk rumah sederhana biasanya memiliki tiang penyangga sebanyak 16 buah sedangkan untuk rumah yang memiliki ukuran besar, tiang penyangganya bisa mencapai 24 – 32 buah. Jumlah tiang tersebut sangat bergantung dengan ukuran rumah. Semakin besar ukurannya, semakin banyak jumlah tiang penyangganya.

Rumah Aceh dengan 16 tiang biasanya memiliki tiga ruangan. Sedangkan untuk rumah yang memiliki tiang 24 dan 32 buah, umumnya memiliki 5 dan 7 ruangan. Besar kecilnya rumah adat Aceh juga tergantung siapa yang menghuni rumah tersebut. Rumoh Aceh yang jumlah tiangnya 32 buah, biasanya merupakan rumah kediaman pembesar istana atau bangsawan.

Selain jumlah tiang, ukuran tiang juga menjadi hal yang tak kalah penting. Rumah Aceh memiliki tiang berukuran 20 – 35 cm. Kayu yang digunakan biasanya kayu balok padat. Dan di bagian bawah tiang diberi batu landasan yang berfungsi agar balok tiang tidak masuk ke tanah yang lembap.

Pada bagian lantai ada balok yang menjadi penyangga. Balok tersebut diposisikan rapat sehingga meskipun lantainya papan, kemungkinan roboh sangat kecil. Balok tersebut berfungsi untuk penyangga dari papan lantai rumah.

Keunikan dari rumah adat Aceh yakni pada pembuatannya tidak menggunakan paku. Antar satu bagian dengan bagian lain dikaitkan oleh pasak. Konstruksi rumah masih memanfaatkan bahan di alam, seperti tali pengikat yang terbuat dari rotan. Hal inilah yang membuat Rumoh Aceh sangat kokoh dan tahan gempa.

Pos terkait