Paralimpiade Tokyo 2020: Sejarah, Cabang Olahraga, Dan Atlet Indonesia

Paralimpiade Tokyo 2021:Sejarah, Cabang Olahraga, Dan Atlet Indonesia
Ilustrasi paralimpiade (sumber: pixabay.com)

Beberapa waktu yang lalu dunia olahraga baru saja menggelar perhelatan akbar pesta olahraga dunia yaitu Olimpade Tokyo 2020. Belum surut euforia tentang olimpiade, kini ada lagi pertandingan olahraga dengan nama paralimpiade Tokyo 2020. Apa itu paralimpiade dan kapan pelaksanaannya? Simak penjelasan berikut ini.

Pengertian Paralimpiade

Paralimpiade atau paralimpik merupakan pertandingan olahraga dengan atlet yang bertanding yaitu mereka yang memiliki keterbatasan baik fisik, mental, atau sensoral. Dengan kata lain, pertandingan ini merupakan perlombaan di bidang olahraga khusus untuk penyandang disabilitas. Penyelenggaraan event ini setiap empat tahun sekali. Komite Paralimpiader Internasional atau IPC merupakan organisasi yang mengatur jalannya event dunia ini.

Bacaan Lainnya

Kata Paralimpiade berasal dari bahasa Yunani dari kata Para yang artinya di samping atau berdampingan. Sehingga bisa dimaknai sebagai kompetisi yang penyelenggaraannya dekat atau paralel dengan Olimpiade. Kompetisi ini sudah diselenggarakan sebanyak 16 kali dengan Roma sebagai tuan rumah pertama.

Paralimpik di Tokyo ini seharusnya dilaksanakan tahun lalu, namun karena kondisi dunia sedang tidak menentu, kompetisi ini baru terselenggara di tahun ini. Penundaan tersebut tentu saja menjadi yang pertama kali terjadi. Sebab di tahun-tahun sebelumnya penyelenggaraan kompetisi olahraga bergensi ini selalu tepat waktu. Tokyo sendiri sudah dua kali menjadi tuan rumah, pertama pada tahun 1964 kemudian yang kedua tahun 2020.

Tentu saja penyelenggaraan paralimpiade Tokyo 2020 ini berbeda dengan pertandingan di tahun-tahun sebelumnya. Panitia penyelenggara harus bekerja keras lebih. Sebab saat pandemi seperti saat ini banyak hal yang harus diperhatikan agar semua tetap aman dan nyaman, serta yang sangat penting yakni ajang bergensi ini bisa berjalan dengan sukses.

Sejarah Paralimpiade

Pagelaran olahraga ini ternyata memiliki cerita sejarah yang panjang sejak puluhan tahun lalu. Sejarah Paralimpiade tersebut bermula dari tahun 1948 ketika Sir Ludwig Guttmann menyelenggarakan kompetisi olahraga dengan nama Pertandingan Stroke Mandeviller dengan keterlibatan atlet dari veteran Perang Dunia II yang mengalami catat saraf tulang belakang. Kompetisi tersebut menjadi cikal bakal lahirnya paralimpik yang kita kenal saat ini. Tahun 1952 perlombaan ini kembali digelar. Namun pada tahun tersebut warna event Internasional semakin berasa dengan keikutsertaan atlet asal Belanda.

Olimpiade untuk disabilitas pertama terlaksana pada tahun 1960 di Roma. Kemudian nama dari kompetisi tersebut resmi menjadi Internasional Tahunan Stroker Mandeviller ke-9. Pertandingan inilah yang kemudian disebut-sebut sebagai paralimpiader pertama. Sedangkan paralimpik pertama pada musim dingin terlaksana di Ornskoldvik, Swedia pada tahun 1976.

Tahun 1988 penyelenggaraan paralimpiade musim panas bersamaan dengan olimpiade di kota dari penyelenggara tersebut. Kemudian sistem ini diadopsi untuk penyelanggaraan paralimpiade musim dingin tahun 1992. Pada pada 19 Juni 2001 sistem pertandingan tersebut menjadi kebijakan resmi Komite Olimpiade Internasional dan Komite  Paralimpiade Internasional. Sejak awal keberadaannya, pertandingan ini sudah digelar sebanyak 16 kali di berbagai negara di dunia.

Indonesia sendiri ternyata sudah sejak lama mengikuti paralimpiade ini. Tepatnya pada saat penyelenggaraan paralimpik tahun 1976 di Toronto, Kanada. Menurut Presiden Komite Paralimpiade Nasional Indonesia (KPNI), negara kita pertama kali mengikuti kegiatan ini setelah perang dalam mempertahankan kemerdekaan. Sejak saat itu, Indonesia selalu berpartisipasi dalam kompetisi olahraga dunia ini.

Cabang Olahraga Paralimpiade Tokyo 2020

Paralimpiade Tokyo 2020 sudah mulai berjalan. Sama halnya dengan perhelatan olahraga lainnya, paralimpik juga mengadakan beragam cabang olahraga ada 22 cabor. Berikut ini kami berikan daftar 10 Cabang Olahraga Paralimpiade Tokyo 2020 yang dipertandingkan dalam kompetisi ini.

1. Cabang Olahraga Panahan

Cabang olahraga ini terbagi menjadi tiga kelas seperti;

  1. ARW1 Panahan kursi roda atau gangguan pada lengan dan kaki.
  2. ARW 2 penahan kursi roda 2 atau gangguan pada kaki.
  3. ARST panahan berdiri untuk atlet yang bisa berdiri atau duudk untuk korsi roda tetapi memiliki keterbatasan.

2. Cabang Olahraga Atletik

Khusus untuk cabang olahraga Atletik ini, seluruh penyandang disabilitas bisa mengikutinya. Hanya ada pembeda yang bisa dilihat dari huruf atau angka. Berikut detail penjelasannya:

  1. Huruf F: khusus untuk atlet lapangan
  2. Huruf T: untuk atlet yang berlomba di lintasi dengan nomor yang digunakan menunjukkan keterbatasan yang disandang.
  3. Angka 11 – 13: untuk atlet lapangan dan trek dengan masalah penglihatan.
  4. Nomor 20: khusus atlet lapangan dan trek dengan keterbatasan berfikir.
  5. Nomor 31 – 38: atlet dengan kelumpuhan otak atau gangguan yang menyebabkan fungsi kordinasi dan kontrol pada otot.
  6. Angka 40: untuk atlet lapangan dan lintasan dengan kelainan tinggi badan.
  7. Nomor 42 – 46: untuk atlet yang mengalami amputasi.
  8. Angka T51 – 54: kategori bagi atlet nomor lintasan menggunakan kursi roda.
  9. Nomor F51 – 58: untuk atlet lapangan dengan kursi roda.

3. Cabang Olahraga Bulu Tangkis

Aturan permainan yang berlaku di cabor ini sama dengan permainan bulu tangkis pada umumnya. Pada permainan bulu tangkis di paralimpik ini juga mengusung permainan best of three dengan masing-masing poin sebanyak 21 poin. Hanya saja pada paralimpiade Tokyo 2020, terbagi atas kategori seperti berikut ini:

  1. WHI dan WH2: kategori khusus untuk atlet dengan kursi roda.
  2. SL3 dan SL4: untuk atlet yang berdiri dengan keterbatasan pada tubuh bagian bawah.
  3. SU5: kategori bagi atlet yang memiliki keterbatasan pada tubuh bagian atas.
  4. SS6: untuk atlet dengan prostur tubuh di bawah normal.

4. Cabang Olahraga Boccia

Boccia merupakan salah satu olahraga di dalam ruangan dengan lapangan seukuran lapangan bulu tangkis. Boccia mirip seperti bowling, untuk event paralimpiade Tokyo 2020, ada beberapa kategori yang dilombakan, seperti:

  1. BC1: untuk atlet yang mengalami kerusakan pada otak namun mampu menggunakan tangan dan kaki.
  2. BC2: untuk atlet yang mengalami kelumpuhan otak namun bisa menggunakan tangan dan kaki lebih baik dari kategori BC1.
  3. BC3: untuk atlet yang mengalami kelumpuhan pada otak atau terjadi disfungsi gerak.
  4. BC4: untuk atlet yang mengalami kelumpuhan pada otak namun memiliki gangguan fungsi gerak lain di keempat tungkai serta memiliki kemampuan fungsional sebagaimana atlet BCS.

5. Cabang Olahraga Dayung

Dayng menjadi cabang olahraga yang cukup populer. Olahraga air ini selain menantang juga menarik untuk disaksikan. Pada event olahraga ini dayung terbagi atas empat kelas, terdiri dari:

  1. AM1x: dayung satu kursi untuk atlet putra.
  2. AWIx: dayung satu kursi untuk atlet putri.
  3. TA2x: untuk dua atlet campuran dengan kemampuan lengan dan pinggang.
  4. LTA4+: untuk dua atlet putra dan putri yang dengan tambahan pengemudi di atas tempat duduk geser. Nomor cabor ini khusus untuk atlet yang mengalami masalah penglihatan, gangguan pada pergelangan kaki, pinggang, dan lengan.

6. Cabang Olahraga Sepeda

Atlet sepeda pada kompetisi ini nantinya akan melewati trek khusus dan jalan raya. Untuk atlet dengan gangguan fisik akan bersepeda di jalan raya, sedangkan yang memiliki gangguan penglihatan akan turun pada cabang tandem dengan pemandu sebagai pendamping. Cabang olahraga ini terbagi atas beberapa kelas, seperti berikut:

  1. Sepeda tangan H1 – 4: atlet kelas H1 – 3 mengikuti lomba dengan posisi berbaring. Kategori H1 untuk atlet dengan keterbatasan pada fungsi pinggang dan kaki. Kategori H3, unutk atlet dengan keterbatasan tidak memiliki kaki. H4 untuk atlet yang memiliki keterbatasan lutut sehingga hanya bisa menggunakan lengan dan pinggul.
  2. Sepeda roda tiga T1 – 2: digunakan untuk atlet yang tidak bisa menunggangi sepeda biasa karena adanya keterbatasan pada keseimbangan dan kordinasi tubuh. T1 untuk atlet yang memiliki masalah kordinasi serius dibandingkan dengan nomor T2.
  3. Nomor sepeda C1 – 5: kategori ini khusus untuk atlet yang mengalami kelumpuhan pada otak dan amputasi. C1 khusus untuk gangguan yang parah atau banyak sedangkan kategori C5 untuk keterbatasan yang sifatnya minim.

7. Cabang Olahraga Berkuda

Cabor ini hanya terdiri dari kompetisi dressage yang membagi dalam kategori lima kelas. Adapun nomor kelas tersebut antara lain:

  1. Tingkat I a: untuk atlet dengan gangguan berat d tangkai dan kontrol pinggang yang cukup parah, biasanya dalam keseharian mereka menggunakan kursi roda untuk beraktivitas.
  2. Tingkat I b: untuk atlet berkuda dengan fungsi kontrol pinggang yang menurun dan kondisi tungkai atas yang minim serta tungkai bawah yang memburuk. Beberapa atlet di tingkat ini umumnya menggunakan kursi roda dalam aktivitas sehari-hari.
  3. Tingkat II: atlet di kategori ini memiliki fungsi kedua tangai bawah yang buruk namun memiliki keseimbangan pinggang yang cukup baik
  4. Tingkat III: atlet yang masuk dalam kategori ini memiliki kemampuan untuk berjalan jika tidak ada bantuan. Akan tetapi kedua tangan tidak berfungsi atau bahkan tidak memiliki tangan.
  5. Tingkat IV: kategori ini khusus untuk atlet yang bisa berjalan sendiri akan tetapi mengalami masalah penglihatan atau memiliki keterbatasan pada sistem gerak, adanya masalah kekuatan otot, serta gangguan fungsi dari tangan atau kaki.

8. Cabang Olahraga Sepak Bola

Jika biasanya kita melihat sepak bola dimainkan oleh 11 pemain, maka pada event paralimpiade Tokyo 2020, pemain bola sepak hanya lima pemain untuk atlet dengan keterbatasan penglihatan sedangkan untuk atlet yang mengalami gangguan motorik jumlah pemain per tim-nya sebanyak tujuh orang.

Khusus untuk permainan dengan tim lima orang, seluruh pemain kecuali kiper harus mengenakan penutup mata. Pada permainan ini juga tidak ada peratiran offside, namun penjaga gawang tidak boleh meninggalkan areanya. Syarat atlet di kategori ini setidaknya memiliki kemampuan untuk bermain secara fisik.

Sementara itu, untuk permainan sepak bola dengan tuju pemain atlet akan terbagi menjadi kategori C5, C6, C7, dan C8. Penentuan kategori ini tergantung dari kemampuan sang atlet dalam mengontrol bora, kordinasi tubuh, dan berlari. Dalam kategori ini atlet harus memiliki kemampuan untuk berdiri sendiri. Di setiap pertandingan minimal ada satu atlet dengan kategori C5 dan untuk masing-masing tim tidak boleh menggunakan pemain C8 lebih dari dua.

9. Cabang Olahraga Bola Gawang

Mungkin kita jarang mendengar cabang olahraga yang satu ini. Bola gawang ternyata cabor khusus untuk atlet tuna netra dengan serangkaian aturan khusus dan olahraga ini tidak memiliki klasifikasi. Pemain bola gawang akan memakai penutup mata. Hal tersebut bertujuan agar bisa memberikan keadilan antar pemain, sehingga atlet dengan kebutaan total atau atlet yang hanya memiliki gangguan penglihatan bisa bermain sama. Penutup mata tersebut akan melewati pengecekan terlebih dahulu selama kompetisi berlangsung.

Pada permaian bola gawang ini, bola yang digunakan terlengkapi dengan lonceng. Penggunaan lonceng tersebut bertujuan untuk memberikan arahan kepada pemain. Maka dari itu, pelaksanaan permainan ini harus dalam keadaan hening atau tanpa sorak suara supporter.

10. Cabang Olahraga Judo

Sama halnya dengan cabor sebelumnya, Judo di paralimpik juga merupakan pertandingan khusus untuk atlet yang memiliki gangguan tuna netra. Kategori untuk cabang olahraga ini dibedakan dengan tanda pakaian yang atlet yang bertanding. Atlet yang memiliki gangguan parah mengenakan pakaian dengan lingkaran merah, sedangkan atlet dengan gangguan pendengaran mengenakan lingkaran berwarna biru pada lengan.

Atlet Paralimpiade Tokyo 2020 Indonesia

Indonesia sudah berpartisipasi aktif dalam pagelaran olahraga spesial ini sejak beberapa tahun lalu. Tahun ini, negara kita kembali mengirimkan putra putri terbaiknya untuk mewakili tanah air di ajang bergensi olahraga dunia ini. Ada 23 atlet yang akan berlaga. Mereka terbagi atas berbagai cabang olahraga. Pada cabor atletik ada 7 atlet, bulu tangkis 7 atlet, tenis meja 3 atlet, renang 2 atlet, menembak 2 atlet, balap sepeda 1 atlet, dan powerlifting 1 atlet.

Adapun daftar dari atlet paralimpiade Tokyo 2020 asal Indonesia, seperti berikut ini:

  1. Saptoyogo Purnomo: Atletik
  2. Karisma Evi Tiarani: Atletik
  3. Putri Aulia: Atletik
  4. Elvin Elhudia Sesa: Atletik
  5. Famini: Atletik
  6. Jaenal Aripin: Atletik
  7. Setiyo Budi Hartanto: Atletik
  8. Fredy Setiawan: Bulu tangkis
  9. Hary Susanto: Bulu tangkis
  10. Dheva Anrimusthi: Bulu tangkis
  11. Leani Ratri Oktila: Bulu tangkis
  12. Khalimatus Sa’diyah: Bulu tangkis
  13. Ukun Rukaendi: Bulu tangkis
  14. Suryo Nugroho: Bulu tangkis
  15. Dian David Mickael Jacobs: Tenis meja
  16. Komet Akbar: Tenis meja
  17. Adyos Astan: Tenis meja
  18. Syuci Indriani: Renang
  19. Jendi Pangabean: Renang
  20. Bolo Triyanto: Menembak
  21. Hanik Puji Astuti: Menembak
  22. Muhammad Fadli Imammuddin: Balap sepeda
  23. Ni Nengah Widiasih: Powerlifting

Jadwal Pertandingan Paralimpiade Tokyo 2020

Pertandingan event olahraga dunia ini mulai digelar sejak 24 Agustus hingga 5 September 2020. Pagelaran akbar tersebut semakin banyak yang menunggu, karena khalayak ramai masih merasakan kebahagiaan dengan adanya event Olimpiade Tokyo 2020. Adapun daftar lengkap Jadwal Pertandingan Paralimpiade Tokyo 2020 sebagai berikut:

  1. Anggar Kursi Roda: 25 – 29 Agustus
  2. Angkat Berat: 26 – 30 Agustus
  3. Atletik: 27 Agustus – 5 September
  4. Balap Sepeda Jalan Raya: 31 Agustus – 3 September
  5. Balap Sepeda Trek: 25 – 28 Agustus
  6. Basket Kursi Roda: 25 Agustus – 5 September
  7. Berkuda: 26 – 30 Agustus
  8. Boccia: 28 Agustus – 4 September
  9. Bulu Tangkis: 1 – 5 September
  10. Dayung: 27 – 29 Agustus
  11. Goalball: 25 Agustus – 3 September
  12. Judo: 27 – 29 Agustus
  13. Kano dan Kayak: 2 – 4 September
  14. Menembak: 30 Agustus – 5 September
  15. Panahan: 27 – 31 Agustus, 2 – 4 September
  16. Renang: 25 Agustus – 3 September
  17. Rugby Kursi Roda: 25 – 29 Agustus
  18. Sepak Bola 5-A-Side: 29 – 31 Agustus, 2 dan 4 September
  19. Taekwondo: 2 – 4 September
  20. Tenis Meja: 25 Agustus – 3 September
  21. Tenis Kursi Roda: 27 Agustus – 4 September
  22. Triathlon: 28 – 29 Agusstus
  23. Voli Duduk: 27 Agustus – 5 September

Pembukaan Paralimpiade Tokyo 2020

Ketika mendengar kata kompetisi oleharaga, terlebih setingkat dunia banyak orang menunggu upacara pembukaan event tersebut. Dalam pembukaan tersebut biasanya banyak ditampilkan budaya dari tuan rumah serta beragam hiburan yang menarik. Tidak hanya itu, para acara tersebut juga ada perkenalan singkat mengenai negara-negara yang akan bertanding, sehingga bisa mejadi tambahan informasi bagi penonton.

Pada pagelaran paralimpiade, panitia penyelenggara juga menyiapkan banyak hal yang dibutuhkan. Misalnya kesiapan dalam mengadakan festival kirab obor. Festival tersebut meliputi seluruh 43 prefektur Jepang di Stroker Mandeville, Inggris yang merupakan tempat lahir dari event besar ini. Nyala api kemudian disatukan dalam pengumpulan api di Tokyo.

Api paralimpik ini berkeliling dari Shizuoka, Chiba, dan Saitama dari tanggal 17 hingga 24 Agustus. Selain festival obor dan penyalaan api paralimpiade, menjelang upacara pembukaan juga ada tiga Agitos yang merupakan simbol paralimpik, tampil di Taman Laut Odaiba yang pelepasannya di Pantai Teluk Tokyo.

Pada saat pembukaan, seluruh negara menampilkan perwakilannya untuk membawa bendara negara dan mengikuti karnaval pembukaan. Indonesia diwakili oleh atlet sprint kursi roda Jaenal Aripin dan atlet menembak Hanik Puji Astuti yang bertugas membawa bendera merah putih saat pembukaan acara tersebut.

Itulah ulasan mengenai paralimpiade Tokyo 2020 yang bisa kita ketahui. Berikan dukungan terbaik anda untuk atlet-atlet yang sedang berjuang di kompetisi ini. Jangan lupa juga untuk saksikan aksi mereka di berbagai platform digital. Event olahraga ini juga menjadi bukti bahwa siapa saja bisa mengharusmkan nama bangsanya meskipun memiliki keterbatasan. Kompetisi olahraga dunia ini menjadi angin segar untuk saudara-saudara kita yang memiliki keterbatasan, karena mereka menjadi punya tempat untuk berkarya dan menggapai mimpi-mimpinya.

Pos terkait